CERPEN MENYEDIHKAN DENGAN JUDUL "CINTA SLAMET DIBAWA MATI"



---------------------------------------------------------------------------------------------------
Cinta Slamet dibawa mati
By : Sikarang Batukapur
(Cerita ini hanya fiksi semata, maaf apabila ada kesamaan nama tokoh maupun isi cerita)


               Ada sesuatu yang menepuk bahu kiriku tanpa permisi sebelumnya, sehingga seketika itu juga semua yang kusayangi lenyap. Tas exlusivku, sepatu kulit faforitku yang mengkilat, seragam dinas PNS, sampai mobil kijang model terbaruku  yang sejak tadi terparkir juga raib entah kemana, seolah-olah telah pergi ke alam yang berbeda.
              Waktu itu aku memang linglung seperti orang idiot yang tersesat di simpang jalan.  Aku coba buka lebar-lebar kedua mataku sambil jemari tangan kanan mencubit tangan kiriku. Oh..... sakit, jadi aku ini masih hidup,dan tidak sedang berada di alam setan,  ’Alhamdulillah’. Aku sadar sekarang, kalau aku tadi sedang terhanyut di alam ilusi. Yaah, barangkali  karena aku yang sekarang ini punya status sebagai guru tidak tetap pada sebuah yayasan sangat berharap bisa jadi seorang guru yang PNS, yang banyak digandrungi orang,  yang penghasilannya dijamin oleh negara, yang hidup makmur berkecukupan, yang bisa ambil sembarang kreditan termasuk kredit mobil sekalipun.
           ”Yus, nanti sore kamu ada waktu ?”, ucap temanku Slamet seorang guru PNS yang tadi telah menepuk bahuku. Slamet memang bukan hanya sekedar teman guru yang mengajar di sebuah SMP yang sama, lebih dari itu dia adalah teman senasib semasa sekolah di sebuah sekolah teknik.
            ”Ada apa, Mik ?”, dengan  meredam kesan kacauan yang ada pada pikiranku, kubalas singkat pertanyaan Slamet yang lebih beken dipanggil ’Mamik’.
              Slamet lantas mengajakku duduk di sebuah bangku tua di bawah pohon mangga samping sekolah tempat kami mengajar. ”Aku mau minta pendapatmu, Yus.  Bagaimana kalau kamu jadi aku, sedangkan istrimu yang sekarang sudah wiyata bakti di sebuah SD tapi mau melanjutkan kuliah lagi di Semarang”, ujar Slamet sesaat kemudian setelah kami duduk.
             ”Wah, itu bagus, Mik, mumpung kaliyan belum punya anak. Lagi pula kamu kan PNS, kukira tak ada masalah kalau tentang beaya. Kamu mesti berhitung, Mik, siapa tahu besuk kedua-duanya bisa jadi PNS, sehingga bukan hanya kamu berdua saja yang akan menikmatinya, tapi juga anak-anakmu kelak, dan tentu saja jangan lupa kedua orang tuamu. Oh....sory, Mik, kelebihan ngomong, maksudku saudara-saudaramu, kamu kan sudah yatim piatu walaupun jabatan itu kamu dapat belum begitu lama”, jawabku sambil bergurau.
               Nampaknya Slamet memang benar-benar telah menemukan kebulatan tekatnya. Entah itu  karena terhasut olehku, atau karena rasa cinta terhadap intrinya, atau entah karena  ingin menumpuk fasilitas PNS yang sangat diidolakan banyak orang, atau entah karena apa lagi, tapi yang telah menjadi kenyataan bahwa istrinya Slamet beberapa tahun kemudian memang benar-benar diangkat derajatnya menjadi guru PNS juga. Ya, semoga saja segala kemudahan yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada mereka-mereka yang bernasib baik itu bisa benar-benar disyukuri, terlebih lagi bisa menghadirkan kemanfaatan  bagi orang lain.
             ”Mik, kamu tahu, nggak, di luar sana masih banyak orang saling berebut cari kerja ?. Sedangkan kamu seorang PNS, istrimu juga PNS, kenapa kamu ikut-ikutan memforsir diri sepanjang waktu, mondar-mandir kesana-kemari sepulang ngajar untuk berebut rezeki sama mereka ?”, protesku dengan temanku Slamet pada suatu hari yang aku sendiri juga sudah lupa kapan itu terjadi.
              ”Maksudmu aku mencari sampingan kerja sebagai fotografer itu tidak halal”, balas Slamet dengan raut wajah yang menunjukkan kesan ’masa bodoh’. ”Tak kasih tahu ya, dua anakku sekolah butuh beaya semua. Belum lagi pinjaman duit dari bank yang tak gunakan untuk mbangun rumah juga perlu dibayar, Yus. Belum yang lain-lain lagi”, Slamet melanjutkan argumennya.
            ”Tapi istrimu kan ya punya gaji PNS yang cukup banyak menurut ukuraku, Mik. Masak istrimu gak pernah ngingatkan kamu untuk jaga kesehatan ? Ingat, Mik, kesehatan itu mahal harganya. Lho !, sampai-sampai ada seorang budayawan yang mengatakan ’orang miskin dilarang sakit’. Maksudnya apa ?, ya, agar orang miskin jangan sampai berobat di rumah sakit kalau mereka tidak ingin sakit hati. Jadi, kamu yang terlihat di kacamata saya itu sudah layak untuk tidak ikut-ikutan mempersempit peluang mereka , ya lebih baik kurangilah kegiatanmu yang melelahkan itu. Kamu jangan niru aku, Mik. Kalau aku sih memang harus bisa memanfaatkan sisa waktuku ngajar untuk mempertahankan hidup anak istriku. Cobalah kamu camkan kalimat-kalimatku tadi !”, selintas petuahku memperingatkan Slamet.
               ”Aku paham maksudmu, Yus. Tapi ya karena rasa sayang kepada anak-anakku, terutama lagi karena rasa cintaku yang sangat dalam kepada istriku, sehingga aku harus berbuat begitu. Aku tidak ingin istriku kecewa”, keluh Slamet sembari kedua matanya berkaca-kaca.
              Mengilusikan paparan temanku Slamet, aku lantas berpikir, apa ada sih ukuran materi yang bisa mengkategorikan antara ’cukup’ dan ’kurang’ ? Kalau pribadiku sendiri beranggapan bahwa kebahagiaan seseorang itu bertempat di dalam hati mereka masing-masing. Ya, barangkali itu hanyalah sebuah resep penghibur diri bagi orang-orang semacam aku.
               Pada suatu hari, karena permasalahan kecil aku pindah mengajar di sekolahan lain, tapi masih tetap berstatus sebagai guru tidak tetap pada sebuah yayasan yang lain lagi. Sejak saat itu aku sangat jarang berjumpa dengan Slamet. Kiranya Allah memang sudah memformat kisah kehidupan bagi setiap insan yang sedemikikan rupa, yang mesti saja itu merupakan suatu rahasia yang hanya diketahui oleh sang Kholiq itu sendiri, maka apapun yang sudah dilimpahkan kepada manusia, mesti terkandung hikmah bagi mereka yang memahaminya.
              Bel sekolah berbunyi tiga kali, pertanda tiba saat istirahat.  Akupun bersama rekan-rekan guru memanfaatkan waktu itu untuk sekedar ngobrol kecil bersama pak Man yang kepala TU, bersama bu Tutik dan bu Hj. Anis yang guru Agama, bersama pak Anwar yang guru BP, juga bersama pak Andi yang Kepala Sekolah. Namun menjelang habis waktu istirahat, tiba-tiba aku dan juga rekan-rekan guru yang lain kayaknya ternganga dengan hadirnya seorang tamu yang wajahnya agak pucat, dengan tubuh agak loyo, Tapi aku tidak lupa sama sekali kalau yang datang itu adalah Slamet.
             Ibu Hj. Sri Anis yang juga mengenal Slamet menyambutnya dengan sapaan lembut, ”Monggo, duduk, pak !”, bu Anis menunjukkan kursi yang kosong. ”Kenapa njenengan sekarang kok jadi kurus, pak ?”, bu Anis melanjutkan sambutannya dengan pertanyaan.
            ”Aku ini tadi dari sekolahan ngantarkan surat cuti kerja, bu. Lantas mampir kesini iuntuk sekedar silaturahmi sekaligus mohon do’anya agar penyakitku segera sembuh”, jawab Slamet.
           ”Sebenarnya kamu ini sakit apa, to Mik ?”, aku menyambung.
             Slamet mulai berkisah tentang penyakitnya yang komplikasi antara ginjal dan diabetis, tentang situasinya di rumah, dan tentang yang lain-lain lagi. Pokoknya tentang segala macam yang bertautan dengan dirinya. Tentang kisah cinta dengan istrinya yang tak pernah padam, walaupun dalam hati kecilnya ada seberkas rasa bersalah yang tak bisa ditebus dengan harta benda. Tetapi siapa sih yang menyengaja ?  Pertanyaan itu tak pernah terjawab. Bahkan semenjak Slamet berpamitan mohon diri yang katanya mau pulang ke rumah saudaranya, semenjak itu pula kabar yang berkembang bahwa penyakit Slamet bertambah kronis. Sampai pada sebuah pagi yang cerah, bel Hp-ku berbunyi, pak Andi yang kepala sekolahku itu kirim SMS yang berbunyi ” Inalillahi wa Inailaihi Roji’un, telah pulang ke Rahmatullah teman kita Slamet tadi malam, jenasah akan dimakankan pada pagi ini jam 09.00. Mohon teman2 bisa hadir untuk memberikan penghormatan yang terakhir”.

                                                                                                                 Diceritakan 2 tahun yang lalu
             


Related Posts:

0 Response to "CERPEN MENYEDIHKAN DENGAN JUDUL "CINTA SLAMET DIBAWA MATI" "

Posting Komentar