Assalam'alaikum War Wab.
Mari kita simak kembali tentang Hari Kebangkian Nasional (Harkitnas).
SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL Oleh: Yustina
Hastrini Nurwanti (Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta)
museumbentengvredeburg
30 Agustus 2014 SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL Oleh: Yustina Hastrini
Nurwanti (Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta)2014-08-30T09:59:36+00:00
artikel
I.Pendahuluan
Kebangkitan nasional adalah masa di
mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta
kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sebelumnya tidak
pernah muncul selama masa penjajahan. Dalam masa ini muncul sekelompok masyarakat
Indonesia yang menginginkan adanya perubahan karena penindasan dan penjajahan.
Kebangkitan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi
Utomo. Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari lahirnya organisasi sosial pertama di
Indonesia, Budi Utomo. Tanggal kelahiran Budi Utomo dianggap sebagai mulainya
kebangkitan nasional karena menggunakan strategi perjuangan yang baru dan
berbeda dengan perjuangan sebelumnya.
Perjuangan sebelumnya ada
kelemahannya karena:
1.
Perlawanan secara sporadis dan tidak
serentak.
2.
Perlawanan dipimpin oleh pimpinan
karismatik sehingga tidak ada yang melanjutkan.
3.
Sebelum masa 1908 perlawanan
menggunakan kekerasan senjata.
4.
Para pejuang di adu domba oleh
penjajah.
Perjuangan bangsa Indonesia setelah
tahun 1908:
1.
Perjuangan dilakukan dengan
menggunakan organisasi, bukan menggunakan kekerasan.
2.
Para pemimpin berasal dari kaum
intelektual, bukan raja atau sultan.
3.
Rasa persatuan dan kebangsaan sudah
mulai tumbuh. Perjuangan tidak bersifat kedaerahan lagi.
Keberadaan Budi Utomo tidak bisa
dilepaskan dengan adanya politik etis dari pemerintah kolonial Belanda. Program
Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) mampu mengatasi kekosongan kas Belanda. Orang
Indonesia berjasa dalam pemulihan perekonomian negeri Belanda. Van Deventer
berpendapat jika kebaikan budi harus dibayarkan kembali derngan peningkatan
kesejahteraan rakyat. Salah satu dari balas budi tersebut melalui edukasi atau
pendidikan. Pemerintah Belanda membuat program politik etis khususnya dalam
bidang edukasi. Adanya politik etis dalam bidang edukasi bermunculan kaum
intelektual pribumi. Kaum intelektual inilah yang menjadikan adanya pembaharuan
dalam mewujudkan cita-cita kebangsaan yang direalisasikan melalui bentuk
pergerakan modern yang disebut sebagai pergerakan nasional.
II. Budi Utomo
Dalam penerapan politik etis
terkandung di dalamnya usaha memajukan pengajaran dan pendidikan bagi generasi
muda di Indonesia. Salah satu kendala dalam memajukan bidang pendidikan karena
terbatasnya anggaran dana. Hal ini menimbulkan keprihatinan bagi dr.Wahidin
Sudirohusodo sehingga melakukan kegiatan menghimpun dana dengan melakukan
propaganda berkeliling di Jawa tahun 1906.
dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917)
merupakan pembangkit semangat organisasi Budi Utomo. Sebagai lulusan sekolah
dokter Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan STOVIA), ia merupakan
salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya. Pada
tahun 1901 dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur majalah Retnodhoemilah (Ratna
yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu, yang
dikhususkan untuk kalangan priyayi. Hal ini mencerminkan perhatian seorang
priyayi terhadap masalah-masalah dan status golongan priyayi itu sendiri. Ia
juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Barat. Ia juga
berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan barat. Beliau
menghimpun beasiswa agar dapat memberikan pendidikan modern atau barat kepada
golongan priyayi Jawa dengan mendirikan Studie Fonds atau Yayasan Beasiswa.
Ide dr. Wahidin Sudirohusodo
selanjutnya menarik perhatian seorang mahasiswa School tot Opleiding voor
Inlandsche Arsten (STOVIA) bernama Sutomo. Akhirnya Sutomo mendirikan
sebuah organisasi yang bernama Budi Utomo. Budi Utomo merupakan organisasi
modern pertama kali di Indonesia yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Corak
baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah kesadaran lokal yang diformulasikan
dalam wadah organisasi modern dalam arti bahwa organisasi ini mempunyai
pemimpin, ideologi yang jelas, dan anggota.
Namun tidak semua golongan priyayi
mendukung berdirinya Budi Utomo tersebut. Hal ini disebabkan kaum priyayi
birokrasi dari golongan ningrat atau aristikrat mengadakan reaksi jika gerakan
tersebut mengancam kedudukan kaum aristokrasi yang menginginkan situasi status
quo, yaitu keadaan yang dapat menjamin kepentingan mereka. Gerakan kaum
terpelajar tersebut akan membawa perubahan dalam struktur sosial sehingga kaum
intelektual akan mengurangi ruang lingkup kekuasaan elite birokrasi. Meskipun
kaum intelektual pada masa awal pergerakan nasional didominasi kaum priyayi,
namun Budi Utomo dapatmembahayakan kedudukan kaum feodal konservatif terkait
status sosialnya.
Program utama dari Budi Utomo adalah
mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran. Programnya lebih bersifat
sosial disebabkan saat itu belum dimungkinkan didirikannya organisasi politik
karena adanya aturan yang ketat dari pihak pemerintah Hindia Belanda.
Disamping itu, pemerintah Hindia Belanda sedang melaksanakan program edukasi
dari politik ethis sehingga terdapat kesesuaian kedua program. Budi Utomo
merupakan organisasi pelajar dengan para pelajar STOVIA sebagai intinya dengan
gerakan awal jangkauannya hanya terbatas pada Jawa dan Madura. Jangkauan
wilayah yang terbatas ini, menjadikan Budi Utomo dianggap sebagai organisasi
yang bersifat kedaerahan, karena salah satu programnya berbunyi “ de
harmonische ontwikkeling van land en volk van Jawa en Madura” (kemajuan
yang harmonis bagi nusa Jawa dan Madura). Dengan demikian, mencerminkan
kesatuan administrasi kedua pulau tersebut yang mencakup juga masyarakat Sunda
yang kebudayaannya mempunyai kaitan dengan Jawa meski yang dipakai sebagai
bahasa resmi organisasi adalah bahasa Melayu. Budi Utomo tidak langsung terjun
dalam lapangan politik praktis karena dalaam rangka strategi dan menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi pada waktu itu sehingga Budi Utomo lebih
berorientasi kultural.
Pada tanggal 5 Oktober 1908, Budi
Utomo mengadakan konggresnya yang pertama di Yogyakarta. Konggres ini berhasil
menetapkan tujuan organisasi yaitu ; Kemajuan yang harmonis antara bangsa dan
negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang,
tehnik, industri serta kebudayaan. Sebagai ketua Pengurus Besar yang pertama
terpilih R.T Tirtokusumo, Bupati Karanganyar sedangkan anggota-anggota Pengurus
Besar pada umumnya pegawai pemerintahan atau mantan pegawai pemerintahan dengan
pusat organisasi berada di Yogyakarta. Pengurus hasil konggres ini merupakan
dewan pimpinan yang didominasi oleh para pejabat generasi tua yang mendukung
pendidikan yang semakin luas dikalangan priyayi dan mendorong pengusaha Jawa.
Setelah cita-cita Budi Utomo
mendapat dukungan semakin luas dikalangan cendekiawan Jawa maka para pelajar
tersebut memberi kesempatan kepada golongan tua untuk memegang peranan yang
lebih besar bagi gerakan ini. Ini dibuktikan dengan terpilihnya golongan tua
sebagai pengurus dalam konggres Budi Utomo I di Yogyakarta. Ketua terpilih R.T
Tirtokusumo, sebagai seorang bupati lebih memperhatikan reaksi dari pemerintah
kolonial Belanda dibanding reaksi dari warga pribumi. Sebelumnya terjadi
persaingan daalam konggres itu, disebabkan terdapat kelompok minoritas yang
dipimpin dr.Cipto Mangunkusumo yang berusaha memperjuangan Budi Utomo berubah
menjadi partai politik yang berjuang untuk mengangkat rakyast pada umumnya
tidak terbatas hanya golongan priyayi dan kegiatannya meliputi seluruh
Indonesiaa, tidak hanya Jawa dan Madura saja. Namun, pandangan dr. Cipto
Mangunkusumo gagal mendapat dukungan bahkan pada tahun 1909, beliau
mengundurkan diri dari Budi Utomo dan kemudian bergabung dengan Indische
Partij.
Asas dan tujuan Budi Utomo adalah
menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri dan
berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan Bangsa
disertai dengan jalan memperdalam keseniaan dan kebudayaan. Selain tujuannya
yang lain adalah menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan
menitik beratkan pada soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan atau secara
samar-samar menyebutkan kemajuan bagi Bangsa Hindia dimana jangkuan geraknya
terbatas pada Jawa dan Madura serta baru meluas untuk penduduk Hindia
seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, kelamin, dan agama.
Jika dicermati dari pernyataan tersebut, maka secara tersirat nampak pada Budi
Utomo yakni kehormatan Bangsa. Bangsa yang terhormat adalah Bangsa yang
memiliki derajat yang sama dengan Bangsa lain. Karena Bangsa Indonesia pada
waktu itu tidak terhormat karena dijajah Belanda.
Pada tahun 1928 Budi Utomo
menambahkan suatu asas perjuangan yaitu “ikut berusaha melaksanakan
cita-cita Bangsa Indonesia”. Sungguh suatu langkah maju, karena waktu itu
gelora persatuan telah berkumandang di udara pergerakan kita. Disitu nampak bahwa
Budi Utomo sedang berusaha memperluas ruang geraknya. Tidak hanya menuju
kehidupan harmonis bagi Jawa dan Madura tetapi lebih luas lagi yakni bagi
persatuan Indonesia. Walaupun pada awalnya Budi Utomo tidak berperan sebagai
organisasi politik, namun dalam perjalanannya Budi Utomo berubah haluan ke arah
politik. Hal ini terbukti pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif dalam “Inlandsche
Militie” dan waktu Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga tergabung dalam “Radicale
Concentratic” yakni persatuan aliran-aliran yang dicap kiri dalam
Volksraad. Hal tersebut berdampak dikuranginya anggaran pendidikan Budi Utomo
secara drastis oleh pemerintah. Situasi ini berakibat terjadinya perpecahan
antara golongan radikal dan moderat di Budi Utomo.
Pada tahun 1924, dr.Sutomo yang
tidak puas dengan Budi Utomo mendirikan Indonesische Studieclub di
Surabaya. Penyebabnya adalah asas kebangsaan Jawa dari Budi Utomo sudah
tidak relevan dengan perkembangan rasa kebangsaan yang menuju pada sifat
nasional. Indonesische Studieclub pada perkembangannya menjadi Persatuan
Bangsa Indonesia.
Pada tahun 1927, Budi Utomo masuk
dalam PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia)
yang dipelopori Ir.Sukarno. Meskipun demikian, Budi Utomo tetap eksis dengan
asas kooperatifnya. Pada tahun 1928, Budi Utomo menambah asas perjuangannya
yaitu: medewerking tot de verwezenlijking van de
Indonesischeeenheidsgedachte (ikut berusaha untuk melaksanakan cita-cita
persatuan Indonesia).Hal ini sebagai isyarat Budi Utomo menuju kehidupan yang
lebih luas tidak hanya jawa dan Madura, namun meliputi seluruh Indonesia. Usaha
ini diteruskan dengan mengadakan fusi (bergabung) dengan PBI (Persatuan Bangsa
Indonesia) pimpinan dr.Sutomo. Fusi ini terjadi pada tahun 1935, hasil fusi
melahirkan Parindra (Partai Indonesia Raya), sehingga berakhirlah riwayat Budi
Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama di Indonesia.
III. Penutup
Bermula dari dampak politik etis,
Budi Utomo sebagai organisasi awal pada masa pergerakan Indonesia didirikan
oleh siswa STOVIA. Budi Utomo bebas dari prasangka keagamaan, tetapi lebih
untuk meningkatkan pendidikan dan kebudayaan. Namun, pada perkembangan
selanjutnya mengarah pada bidang politik. Budi Utomo mempunyai fungsi yang
istimewa karena bisa menjadi jembatan antara para pejabat kolonial yang maju
dengan kaum terpelajar Jawa. Hal ini merupakan sumbangan yang tidak ternilai
bagi masa depan Indonesia.
Kelahiran Budi Utomo telah menjadi
tonggak yang menumbuhkan semangat perjuangan, sekaligus menjadi inspirasi
berdirinya berbagai organisasi di seluruh pelosok tanah air, baik yang bersifat
kedaerahan, politik, keagamaan, serikat pekerja, kewanitaan maupun kepemudaan.
Pada kurun selanjutnya muncul sejumlah organisasi seperti Sarekat Islam,
Indische Partij, dan berbagai organisasi lainnya. Hal ini mewarnai awal
kebangkitan nasional yang mencapai puncaknya pada tahun 1928. Kebangkitan
nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya Budi Utomo, sedangkan kebangkitan
pemuda Indonesia ditandai dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda.
Wassalamu'alaikum War Wab
Pati Utara, 20 Mei 2016